Rabu, 30 November 2016

The Six Sin’s [PART3]


 Hasil gambar untuk hansel and gretel sketches


Keesokan harinya setelah berita tentang The Six Sin’s tersebar. Orang-orang di kota itu mulai mengemasi barang-barang mereka dan ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu. Hal itu sudah diketahui The Six Sin’s dan mereka mengutus Ira untuk mengancam para penduduk dan wisatawan yang akan kabur. Ira datang dengan membawa kemarahan yang sangat besar. Ia datang dengan awan gelap bersama petir yang menyertainya yang membuat penduduk sangat ketakutan. Ira berteriak dengan kerasnya lalu mulai berbicara dengan suara beratnya. “Akulah Ira sang kemurkaan”. “Siapapun yang pergi dari kota ini akan mati”. Ira menarik seorang wanita di depannya yang sedang ketakutan lalu mencekiknya dan membakarnya lalu berkata “Beginilah kalian jika kalian berani kabur dari tempat ini”. Ira tertawa dengan keras lalu memeluk dan membelai wanita yang terbakar itu lalu pergi.

Semua orang putus asa. Lalu semua orang berkumpul di sebuah Dome pinggir kota untuk mengungsi. Mereka membicarakan siapa yang akan dikorbankan untuk menjadi santapan The Six Sin’s. Semua terdiam karena sudah pasti tidak ada yang mau untuk dikorbankan. Tiba-tiba seorang pemuda berdiri dan berteriak “mengapa tidak kita korbankan saja orang yang sedang sakit parah atau sekarat dan orang yang sudah tua saja?”
Kejam memang, tapi apalagi yang harus diperbuat. Semua orang setuju kecuali walikota Jorgen, karena anak perempuan satu-satunya Alice yang sangat dicintainya sedang terbaring lemah di rumah sakit, berjuang melawan penyakit yang sangat parah. Memang sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh, tetapi jika harus mengorbankannya?

Penduduk yang sudah mulai gila berteriak kalo walikota Jogen tidak adil dan tidak becus mengamankan kota sehingga bisa terjadi seperti ini. Walikota Jorgen pun bingung dan merasa tertekan, akhirnya diapun menyerah lalu bergegas ke rumah sakit tempat putrinya berada. Setelah sampai ia bertemu dengan putrinya, dia bercerita tentang orang-orang yang ingin mengorbankannya untuk The Six Sin’s.

Alice meneteskan air mata lalu tersenyum kepada ayahnya. Alice mengiyakan mengingat memang umurnya sudah tak lama lagi dan ingin menyelamatkan semua orang. Walikota Jorgen tidak bisa menahan lagi air matanya lalu memeluk erat anaknya. Alice berkata “Maafkan aku ayah, aku tidak bisa menjaga ayah di usia ayah yang senja ini. Maaf aku tidak berguna untukmu. Tapi di kehidupan selanjutnya jika aku bertemu dengan ayah, aku akan menjagamu. Aku janji.”

Tiba-tiba para penduduk datang dan mencoba untuk memisahkan mereka dan membawa Alice ke tempat The Six Sin’s dan meninggalkannya tepat di depan rumah tempat The Six Sin’s berada.
Alice kedinginan sekaligus ketakutan. Saat itu gelap, hanya ada suara binatang malam. Alice mulai menggigil dan mulai kebingungan, tiba-tiba pintu mulai terbuka. Terlihat seorang pria muda seperti butler tersenyum hangat pada Alice dan mempersilahkan Alice untuk masuk. Alice berjalan dengan tertatih mendekati pria itu lalu terjatuh. Pria itu menangkapnya lalu menggendongnya lalu membawanya ke ruang tamu. Pria itu bertanya pada Alice mengapa ia ada di luar sendirian? Alice menjawab “A-aku dibawa ke sini untuk dikorbankan pada The Six Sin’s”
Pria itu bertanya kembali “Apa kau dipaksa dibawa kesini?”
“Tidak, aku dengan sukarela menjadi persembahan, untuk melindungi para penduduk kotaku”.
Pria itu membelai Alice dengan lembut lalu memeluknya “Sungguh malang” ucapnya.
Lalu pria itu bertanya “Siapa namamu gadis cantik?”
“A-alice” ucap elis terbata, “dan kau?”.
“Perkenalkan, aku Luxuria salah satu The Six Sin’s”.
Alice terkejut mendengarnya, ia ingin melepaskan pelukannya tapi apadaya, dengan badannya yang lemah ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Luxuria mengecup kening Alice dan berkata “Tenanglah, aku tidak akan memakan gadis secantik kamu”.

Pelukan Luxuria sangatlah hangat dan membuat Alice sangat nyaman. Kehangatan Luxuria tak lama, tiba-tiba Alice merasakan tubuh Luxuria dingin seperti es. Luxuria melepaskan pelukannya lalu berteriak “Superbia, keluar kau!!”
Tak lama terdengar suara langkah kaki yang berat berasal dari sebuah lorong. Terlihat seorang pria paruhbaya dengan perawakan tinggi tegap, wajah yang tegas dan mata yang tajam.
Superbia berkata “Ada apa kau memanggilku, dan siapa dia? Apa dia makanan kita?”
Luxuria menjawab “Dia Alice, orang yang yang dengan sukarela menjadi santapan kita.”
“Menarik” kata Superbia, lalu Superbia mendekati Alice tapi Luxuria menghalangi jalan Superbia. Luxuria berkata “Jangan, kali ini dia tidak akan menjadi makan malam kita. Aku ingin meminta pertolongan padamu, mengingat kau yang terkuat diantara yang lain”.
Superbia tersenyum sinis lalu berkata “Lalu apa yang kau mau?”
“Apa kau bisa merubah Alice seperti kita? Tolonglah aku sangat menyukainya dan ingin memilikinya.” “Kau mempunyai separuh kekuatan Lucifer, pasti kau mampu merubahnya kan? Aku yakin Alice akan sangat berguna untuk kita, aku bisa menjaminnya” kata Luxuria.
Superbia berkata “Aku bisa saja merubah dia menjadi seperti kita, tapi dengan persetujuan Lucifer tentunya”.
Luxuria mulai putus asa dan mulai memohon lebih keras pada Superbia, karena ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan mungkin Lucifer tidak akan menyetujuinya.
Akhirnya Superbia menyanggupi, tetapi denga beberapa syarat . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar