Kamis, 17 November 2016

Black Cat

Hasil gambar untuk black cat



Caroline menatap seiko di pergelangan tangannya. Gusar. Waktu menunjukan pukul 17:58 .
2 menit lagi.
Ia benar benar resah. Ia masih berdiri di ujung jalan yang cukup sepi ini.
"Astaga, berapa lama lagi aku harus menunggu?"
Ia memang cukup menyesal dengan menunda kepulangannya dari tempat kerjanya. Ia terlena dengan ajakan rekan kantor nya yang mengajaknya untuk mengobrol sejenak.
Dan sekarang, ia terjebak dalam situasi yang sulit.
Tidak ada bus, berarti ia tidak bisa pulang.
Kota tempatnya tinggal dan bekerja memang cukup sepi. Meski begitu, penduduknya yang ramah dan keterjangkauan terhadap tempat kebutuhan sehari-harinya, membuat Caroline betah dan mencintai kota tempat nya tinggal.
Tapi, ia baru 2 bulan disini. 2 bulan disini tak berarti ia memahami semua seluk beluk dan kabar burung yang beredar disekitaran sini.
Hufh. Caroline menghembuskan nafas berat.
Baru saja hari ini ia mendapat cerita dongeng dari Sarah saat makan siang. Bahwa, ada mitos beredar tentang kucing hitam yang membawa kesialan bagi siapapun yang bertemu dengannya di jalan ini, saat jam 6 sore.
Awalnya, Caroline yang realistis tak mempercayai itu. Ia malahan bergurau bahwa itu hanya karangan belaka yang dibuat Sarah. Namun, Sarah dengan tampang seriusnya menunjukan selembar koran, yang terpampang berita bahwa ada seorang mahasiswa yang ditemukan di tong sampah besar, sekitaran jalan ini.
Mahasiswa itu ditemukan oleh warga yang hendak membuang sampah.
Dengan keadaan, tewas.
Bulu kuduk Caroline berdiri. Astaga, ia harus cepat-cepat mandi dengan air hangat ketika sampai di rumah nanti.
Tepat saat berpikir demikian, manik Caroline tak sengaja menilik jam di pergelangan tangannya.
18:00
Caroline merasakan hawa dingin di sekitaran daerah tengkuk nya.
Ia menengok arah kanan, terkejut,
Tong sampah besar itu.
Tak sampai 2 meter ada di sampingnya.
Dan seketika itu juga, seekor kucing hitam yang kurus keluar dari celah tong sampah. Maniknya bagai nyala lampion kecil di tengah hari yang mulai buta. Telinga nya yang tajam, serta beberapa helai kumis putihnya cukup meyakinkan seorang Caroline.
Kucing itu.
Tidak, tidak.
Bertepatan dengan itu, terlihat seorang wanita jangkung tiba-tiba muncul dan menghampiri kucing itu. Wanita itu mengangkat nya, menggendongnya.
"Wah, kucing nya manis,"
Wajah nya tersembunyi dalam rambut panjangnya. Ia menggendong kucing itu. Mengelus-elusnya.
Caroline tepat berdiri didepannya. Dan ia benar benar tercengang.
Terhenyak, sang wanita menatapnya.
"Kalau wajah polosku, manis tidak?."
---
CR by : Fu / #AL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar