Sabtu, 07 Januari 2017

My Lovely Brother

Hasil gambar untuk sumur

"Hei, diamlah! Jangan berisik! Kalian mengganggu konsentrasiku!" Bentakku kepada dua adikku yang sedang berebutan mainan.
Yah, mereka lah adikku. Deran dan Denis. Sedangkan namaku, Dyana. Aku memang tipe orang yang sangat sensitif dan sering naik darah. Jadi, jangan pernah membuatku jengkel.
Memang, mempunyai adik itu sangat merepotkan. Pekerjaanku semakin bertambah, padahal tugas-tugas sekolah saja sudah membuatku pusing! Tidak jarang juga mereka menggangguku ketika sedang belajar atau menyelesaikan PR. Ibu juga sering memarahiku bila adikku menangis. Padahal, belum tentu aku yang melakukannya. Aku selalu dibuat kesal olehnya. Tak jarang juga aku berfikir untuk mengakhiri hidupku. Namun, aku selalu mengatakan pada diriku sendiri. "Mimpiku tinggi, dan perjalanan hidupku masih panjang."

Itulah yang selalu menjadi motivasiku hingga saat ini.
Hari ini, sesuatu yang aneh terjadi di hadapanku. Salah satu adikku, Deran berbicara sendiri di depan cermin. Merasa janggal, aku pun bertanya,
"Hei, bicara dengan siapa kau?"
"Sstt! Dia sedang beristirahat!" Kata Deran berbisik.
"Hah? Siapa yang sedang beristirahat? Yang benar saja kau!" Kataku dengan penuh keheranan.
Ia pun menjawab "Itu, temanku yang sedang ber....."
Belum selesai ia bicara, tiba-tiba dia mencekek lehernya sendiri sambil melotot menahan sakit.
"Hek!! Hekk!! K kakak... to.. toloong!! D.. dia menyerangku!!" Teriaknya kesakitan.
"Hah!! Siapa!? Siapa yang menyerangmu!?" Teriakku panik sambil berusaha melepas tangannya dari lehernya. Ketika tangannya terlepas, ia langsung jatuh pingsan.
"Ibuu!! Ibuuu!!" Panggilku panik.
"Hei, ada apa ini! Mengapa kau teriak-teriak?" Bentak ibuku kepadaku.
"Hah!! Apa yang kau lakukan pada adikmu!! Dasar, keparat kau!! Sini! Ibu kurung kau di kamar mandi, dan kau tidak boleh keluar sampai waktu makan malam!!"Teriak ibuku marah.
"H.. hei, aku tidak melakukannya! Ah, ayolah! Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi!!" Bantahku membela.
"Siapa lagi kalau bukan kau, dasar anak tak berguna!" Hina ibuku.
Yaah, beginilah nasibku. Selalu saja disalahkan. Aku pun mengintip keluar kamar mandi melalui ventilasi untuk melihat keadaan adikku. Dan, tebak apa yang terjadi. Ketika ibuku keluar kamar adikku, seketika Deran bangun dari tempat tidur dan terlihat segar bugar. Dan tak lupa, dia juga melakukan bagian terbaiknya. Dia menjulurkan lidah ejekan kepadaku.
"Hei, jadi dia hanya berpura-pura!! Dasar anak terkutuk!! Awas kau, lihat saja nanti ketika aku sudah keluar dari ruangan menyebalkan ini!" Ancamku dalam hati.
Waktu makan malam pun tiba. Sesuai janjinya, ibuku mengeluarkanku dari kamar mandi. Akupun berubah menjadi super baik untuk mempersiapkan apa yang akan kulakukan nanti.
"Ibu, maafkan aku yang selalu membuatmu repot" kataku pada ibu.
"Iyaa, tapi jangan diulangi lagi, ya" kata ibu memaafkan. "Baik, bu!" Jawabku sambil tersenyum.
Di meja makan, aku terus tersenyum. Selesai makan, Deran bertanya,
"Apa yang terjadi padamu? Apa kau kerasukan setan baik hati saat di kamar mandi?"
Aku hanya tersenyum. "Daripada itu, maukah kau kuperlihatkan sesuatu yang menarik?" Tanyaku dengan lembut.
"Hah, bicara apa kau? Kau sangat mencurigakan!" Kata Deran menolak.
Tanpa basa basi, aku langsung menarik tangannya.
"Oke oke, aku ikut. Tapi bisakah kau tidak kasar kepadaku? Akan kulaporkan kau pada ibu!" Ancam adikku.
Tak peduli apa yang ia katakan, aku menyeretnya ke halaman belakang. Disitu terdapat sumur tua yang sangat dalam dan penuh dengan air.
Kedua adikku tidak bisa berenang. Jadi, kalian pasti tau apa yang akan kulakukan selanjutnya.
Sudah kubilang kan, jangan membuatku jengkel!
"Selamat tinggal adikku sayang", bisikku tersenyum sambil melambai ke arah Deran di dalam sumur, dan menutupnya.
Terdengar teriakan di dalam sumur. Aku terkikik. Kan sudah kuperingatkan, tapi tetap saja dia yg bandel. Sekarang, rasakan!
Entah apa yg membuatku masih berada disini. Menikmati detik-detik kematiannya mungkin? Ahahaha. Tangisan pun terdengar menggaung. Ah, coba kalau dia bersikap manis, pasti dia kusayang selamanya.
"Dyanaaa, dyanaaa"
I-ibu?
Astaga. Aku lupa point terpentingnya. Ibuku! Buru-buru aku bersembunyi dibelakang sumur, jauh dalam jangkauan pandangannya.
"Dyanaa, kemana anak itu," gerutu ibuku. Suara adikku sudah tak terdengar. Bagus, mati juga dia.
Aku terkikik. Ah, leganya. Aku menunggu ibuku pergi dari sini. Dan akhirnya beliau pergi juga. Aku memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian ku. Aku berlari secepat kilat menuju kamarku, tentunya melalui jalan lain. Sampai, aku menutup pintu kamarku dengan riang. Berbalik, dan....
"Hai kak,"
Aku menganga. A-apa?
"D-Deran?"
Deran, dia, ya dia. Adikku. Adikku yg baru saja ku tenggelamkan kedalam sumur, yg harusnya sudah mati karna kehabisan nafas, sekarang... Ada... Di depanku?!
Deran, memandang cermin di kamarku. Tangan kecilnya menyentuh cermin.
"Dia, sudah pergi,"
....
End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar